Mengapa Harga Kopi Berkali Lipat Lebih Mahal di Bandara? Ini Alasannya!
- 05/04/2025
- Posted by: admin
- Category: Blog

Pernahkah kamu membeli secangkir kopi di bandara dan merasa harganya tidak masuk akal? Misalnya, kopi yang biasa kamu beli seharga Rp25.000 di kedai pinggir jalan, tiba-tiba dibanderol Rp75.000 di dalam terminal bandara. Kenapa bisa semahal itu? Apakah kopinya lebih enak? Atau ada hal lain di balik mahalnya harga kopi di bandara?
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam alasan mengapa harga kopi (dan produk lainnya) bisa berkali lipat lebih mahal di bandara. Artikel ini akan mengupas dari sisi biaya operasional, strategi bisnis, hingga perilaku psikologis konsumen. Simak sampai akhir agar kamu bisa lebih bijak dalam berbelanja di bandara!
1. Biaya Sewa Tempat yang Sangat Mahal
Salah satu faktor utama yang menyebabkan harga kopi di bandara sangat mahal adalah biaya sewa tempat usaha yang tinggi. Bandara bukanlah tempat biasa. Lokasinya strategis, eksklusif, dan lalu lintas pengunjungnya sangat padat—ini menjadi daya tarik utama, tapi juga membuat harga sewa melambung.
Di banyak bandara internasional, penyewa harus membayar biaya sewa yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mal atau ruko di pusat kota. Di Indonesia, bahkan tercatat bahwa beberapa penyewa di bandara internasional seperti Soekarno-Hatta atau Ngurah Rai membayar ratusan juta rupiah per bulan untuk satu outlet kecil.
Untuk menutup biaya tersebut, para pelaku usaha seperti kedai kopi harus menaikkan harga produk mereka, termasuk kopi.
2. Biaya Operasional Lebih Rumit dan Mahal
Selain sewa, ada juga biaya operasional lain yang tidak kalah tinggi. Bandara memiliki standar keamanan dan logistik yang sangat ketat. Misalnya:
-
Setiap bahan makanan atau perlengkapan yang masuk harus melalui proses pemeriksaan keamanan.
-
Distribusi barang ke dalam bandara lebih terbatas dan memerlukan waktu ekstra.
-
Karyawan juga harus mengikuti peraturan ketat, seperti memiliki ID khusus dan melalui pemeriksaan setiap hari.
Hal-hal tersebut menambah kompleksitas operasional dan meningkatkan biaya. Untuk menjaga margin keuntungan, pengusaha menaikkan harga jual produk, termasuk kopi.
3. Model Bisnis Berbasis Konsumen yang Terburu-buru
Pernah dengar istilah “captive market”? Bandara adalah contoh nyata dari pasar ini. Penumpang pesawat adalah konsumen yang “terjebak” di satu tempat, dengan waktu terbatas dan pilihan terbatas.
Kondisi seperti ini membuat konsumen lebih mudah menerima harga tinggi karena:
-
Tidak ada pilihan lain.
-
Mereka butuh cepat.
-
Mereka cenderung berpikir “sekali-sekali aja.”
Model bisnis ini memanfaatkan sifat psikologis konsumen yang tidak punya waktu atau opsi lain untuk berbelanja.
4. Harga Termasuk Pajak Bandara dan Bagi Hasil
Tidak semua orang tahu bahwa di bandara, tenant biasanya juga harus berbagi hasil penjualan dengan pihak pengelola bandara, atau membayar royalti tertentu. Hal ini termasuk dalam sistem revenue sharing.
Misalnya, sebuah kedai kopi mungkin harus menyerahkan 20% dari omzetnya ke pengelola bandara. Artinya, harga produk harus dinaikkan agar tetap menguntungkan. Inilah yang membuat secangkir kopi seharga Rp25.000 di luar bandara bisa menjadi Rp60.000–Rp80.000 di dalam terminal.
5. Branding dan Standar Internasional
Banyak kedai kopi yang beroperasi di bandara adalah jaringan internasional atau brand ternama. Untuk menjaga reputasi, mereka menggunakan bahan premium dan standar pelayanan tinggi.
Tak jarang, mereka juga harus memenuhi standar global yang diterapkan oleh otoritas bandara atau oleh perusahaan induk mereka. Ini termasuk pelatihan khusus, seragam, kualitas bahan, dan tata letak outlet yang premium—semuanya berdampak pada biaya dan harga akhir.
6. Konsumen Tidak Sensitif Harga
Studi menunjukkan bahwa konsumen di bandara kurang sensitif terhadap harga dibandingkan dengan konsumen di luar. Hal ini terjadi karena:
-
Mereka sudah dalam mode “liburan” atau “perjalanan bisnis”, dan cenderung lebih royal.
-
Mereka menganggap bandara sebagai “ruang transisi” yang tidak merepresentasikan kebiasaan belanja mereka.
-
Mereka sering membayar dengan kartu kredit atau e-wallet, membuat keputusan lebih impulsif.
Para pelaku bisnis di bandara memahami pola ini dan menyesuaikan harga produk mereka untuk memaksimalkan keuntungan.
7. Eksklusivitas Lokasi dan Layanan
Akhirnya, perlu diakui bahwa suasana dan kenyamanan di dalam bandara memang berbeda. Ruang tunggu nyaman, ber-AC, dengan akses Wi-Fi, dan pelayanan cepat—semua itu membentuk persepsi bahwa kamu membayar bukan hanya untuk kopi, tetapi juga pengalaman dan kenyamanan.
Ini mirip seperti membeli kopi di hotel bintang lima: kamu membayar lebih bukan karena kopinya berbeda, tapi karena tempat dan suasananya yang istimewa.
Kesimpulan: Bukan Sekadar Kopi, Tapi Kombinasi Banyak Faktor
Jadi, mengapa harga kopi di bandara bisa berkali lipat lebih mahal? Karena kamu tidak hanya membeli kopi, tetapi juga:
-
Menutup biaya sewa dan operasional yang tinggi
-
Mendukung sistem distribusi dan keamanan yang rumit
-
Membayar untuk kenyamanan, eksklusivitas, dan akses terbatas
-
Berada dalam pasar yang ‘terjebak’ dengan sedikit pilihan
Meskipun mahal, banyak orang tetap membeli karena faktor kenyamanan dan kebutuhan. Jika ingin lebih hemat, kamu bisa membeli kopi sebelum masuk ke area bandara atau membawa minuman sendiri—selama masih sesuai dengan aturan keamanan penerbangan.