Bangun Inovasi Bisnis Non-Aero, InJourney Airports “Pede” Targetkan Pendapatan Rp 35 Triliun dalam 5 Tahun

Direktur Utama PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) Faik Fahmi menegaskan target pendapatan perusahaan sebesar Rp 20,3 triliun hingga akhir 2024, dan sebesar Rp 35 triliun dalam lima tahun mendatang dengan fokus pada peningkatan pendapatan non-aero.

Keyakinan ini muncul setelah merger PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) September 2024 lalu yang diharapkan dapat memperkuat posisi dan operasional bandara di Indonesia.

Lantas, seperti apa bisnis non-aero yang jadi tumpuan baru InJourney Airports? Faik Fahmi menjawabnya dalam sebuah wawancara khusus di Seoul, Korea Selatan, pada Rabu (16/10/2024) lalu.

Pertama-tama, Faik menjelaskan bahwa keputusan untuk melakukan merger AP I dan AP II dianggap sebagai langkah strategis untuk memperbaiki tatanan kebandarudaraan di Tanah Air. Dengan merger ini, InJourney Airports mengelola 37 bandara dan 16.000 karyawan, serta jadi pengelola bandara terbanyak di dunia.

“Target pendapatan kita tahun 2024 ini Rp 20,3 triliun dan kita punya target sampai lima tahun ke depan bisa tembus Rp 35 triliun,” ujar Faik.

Fokus pada Pendapatan Non-Aero

Untuk mencapai target tersebut, Faik menekankan pentingnya inovasi dalam pendekatan bisnis, khususnya dari sisi non-aero. Ia pun melakukan tur di Bandara Incheon Korea Selatan untuk memperluas wawasan soal bisnis non-aero.

“Non-aero itu kan ada di dalam terminal dan ada yang di luar terminal,” jelasnya. Kami akan mengoptimalkan area komersial di bandara dengan melakukan revitalisasi dan beautifikasi, sehingga tenant-tenant yang ada dapat ditingkatkan ke level yang lebih baik,” kata Faik.

“Jadi kita punya skema, mana sih brand-brand yang memang revenue-nya tinggi, mana yang enggak. Ini kita tata ulang dan sekaligus tampilan di bandaranya juga kita upgrade,” imbuh Faik.

Baca Artikel Lainnya :  Perbedaan Bandara Internasional dan Domestik: Mana yang Kamu Gunakan?

Dia juga mengungkapkan bahwa ada banyak aset di luar bandara yang akan dimanfaatkan secara optimal melalui kerja sama.

Bikin penumpang betah belanja di bandara

Strategi non-aero lainnya adalah mempercepat proses dokumentasi penumpang agar waktu tunggu untuk masuk bandara jadi lebih singkat.

“Data kita menunjukkan, untuk penerbangan domestik, penumpang biasanya datang satu jam sebelum keberangkatan. Dengan mempercepat proses, mereka bisa memiliki lebih banyak waktu di bandara untuk berbelanja,” kata Faik.

Dengan proses yang lebih efisien, Faik berharap penumpang bisa menikmati pengalaman di bandara, termasuk berbelanja, dengan lebih leluasa.

“Ini adalah salah satu yang lagi kita coba benahi. Kita belajar dari praktik terbaik di bandara lain, seperti seamless process yang membuat dokumentasi lebih cepat,” tambahnya.

Faik juga mencatat contoh sukses dari tenant yang telah mengalami renovasi, seperti Koi yang ada di terminal internasional.

“Setelah renovasi, omset penjualannya naik tiga kali lipat. Dari 16 juta sehari menjadi 50-60 juta,” ujarnya.

Ini menunjukkan bahwa perbaikan fasilitas dapat meningkatkan pengalaman pelanggan dan mendorong mereka untuk berbelanja lebih banyak.

Faik mengatakan, melalui pendekatan ini, InJourney Airports berharap dapat meningkatkan pengalaman pengunjung di bandara sekaligus meningkatkan pendapatan non-aero secara signifikan.

Dengan strategi non-aero berupa pengembangan fasilitas dan optimalisasi tenant yang ada, perusahaan berupaya untuk menjadikan bandara tidak hanya sebagai titik transit, tetapi juga sebagai destinasi belanja yang menarik.

Kemudian, dengan dukungan inovasi dan strategi yang matang, Faik yakin InJourney Airports dapat mencapai target pendapatan yang ditetapkan.

Strategi ini, lanjut Faik, menjadi langkah penting dalam memperkuat keberadaan dan daya saing perusahaan di industri penerbangan yang semakin kompetitif.

Sebagai informasi, operator bandara PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II resmi bergabung menjadi PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports pada Senin (9/9/2024).

Baca Artikel Lainnya :  10 Bandara Termewah di Indonesia: Fasilitas Premium dan Arsitektur Mewah!

Peresmian penggabungan dilakukan langsung oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Direktur Utama InJourney Dony Oskaria, dan Direktur Utama InJourney Airports Faik Fahmi.

InJourney Airports sendiri merupakan anak usaha dari Holding BUMN Aviasi dan Pariwiasta, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney.

Sumber : money.kompas.com

Share :


Leave a Reply